Stand Up for Yourself

Designed by Chirokung / Vecteezy

Ketika kita berada dalam sebuah forum, ada kalanya kita ingin berpendapat tentang suatu bahasan. Pernah suatu saat ketika kita ingin mengutarakan gagasan kita, teman-teman kita tidak mendengarkan dengan baik maksud dari argumen yang berusaha kita sampaikan. Seolah-olah kita dicuekin. Entah karena banyak argumen yang lebih wow daripada argumen kita, atau karena kita belum bisa menyampaikan maksud kita dengan baik dan benar. Atau mungkin karena tipe orang yang bersuara lirih dan lembut, jadi mereka kesulitan mendengarkan pendapat kita dengan baik. Sepertinya jarang ada manusia yang benar-benar memasang telinga dan hatinya baik-baik untuk mendengarkan suara kita. Manusia cenderung lebih suka mendengarkan dan melihat sesuatu yang besar dan menarik perhatian. Sulit untuk mengamati hal-hal kecil dan sekilas terlihat kurang berdampak banyak.

Kadang juga kita ragu ketika mau mengutarakan gagasan kita. Entah karena kita tidak yakin gagasan kita membawa dampak yang baik bagi diskusi, atau takut melukai orang lain. Maka dari itu, kita jadi jarang berpendapat, karena banyak pikiran-pikiran yang menghantui. “Kalau argumenku jelek gimana?”, “Kalau ternyata dia ngga suka sama argumenku gimana?”, dan banyak hal lainnya. Karena takut melukai orang lain, maka kita lebih memilih untuk diam saja, mengiyakan apa yang mereka tanyakan. Walau sering kali kita kurang setuju dengan pendapat mereka. Tetapi kita lebih sreg untuk mengamati lingkungan, keadaan sekitar. Toh juga tiap orang punya pendapatnya masing-masing. “Biarlah dia dengan pendapat dia, aku dengan pendapatku.

Haha.... kamu orang yang baik dan senang menjaga perasaan orang lain yah! Sifat kelembutan selembut kain sutra premium wew. Takut orang lain merasa terluka karena sepatah kata yang kamu ucapkan. Makanya kamu lebih menjaga ucapanmu. Ngga semua orang bisa memikirkan sampai sejauh itu loh, keren! Hmm.... tapi kamu kadang nyesel ngga sih? Kalo ternyata argumenmu lebih baik dari mereka semua, tapi belum bisa tersampaikan dengan baik. Hari-hari berlalu dengan “Ah, sudahlah gapapa kok”. Tapi lama kelamaan seakan akan rasa kehadiran kita mulai menipis. Seolah-olah kita dianggap penonton bisu. Jadi ya wajar aja kalau kita diam. Ya karena kita hanya bebas berekspresi kepada alam, yang ngga pernah nge-judge argument kita, alam yang mendengarkan dengan baik. Bukan manusia pada umumnya.

Dalam hal menghormati pendapat orang lain, kamu ngga sendiri kok. Banyak orang yang menjaga perasaan orang lain, khawatir jika pendapatnya bersifat ofensif terhadap pihak lain, sekecil apapun. Mungkin terasa sulit untuk menyuarakan pendapat kita. Apalagi kalau kita terbiasa diam dan mengikuti aliran pembicaraan. Tapi inget-inget deh, yang mau kamu utarakan itu hal yang positif, dan juga demi kebaikan banyak orang. Yakin dulu deh sama dirimu, yakin sama idemu sendiri. Coba jadi sedikit lebih tegas. Ah, yang dimaksud tegas itu ketika kamu bisa menyampaikan apa yang kamu inginkan dengan tetap menghormati orang lain. Jadi ketika suatu saat kamu merasa ragu-ragu lagi, ingat-ingat hal ini. Kamu hanya ingin menyampaikan pendapatmu. Speak up bukan perihal merendahkan orang lain, tetapi agar orang lain memahami maksud dan gagasan kita.

Selain itu, kamu juga bisa belajar dan memahami, tentang respon orang-orang ketika mendengarkan gagasanmu. Adakah yang mendengarkan dengan baik, atau terkesan meremehkan, atau dia berusaha bertanya padamu untuk memperjelas gagasanmu. Setidaknya pendapatmu sudah tersampaikan dengan baik. Sehingga mereka tidak bertanya-tanya atau menerka-nerka tentang apa yang kamu pikirkan. Tidak semua orang peka dan bisa membaca pikiranmu. Maka, lebih baik sampaikan maksudmu dengan jelas, sopan, dan pada waktu yang tepat.

Wahai teman-teman yang lebih suka diam daripada mengekspresikan perasaanmu. Kamu tau ngga sih, kalo temen-temen kamu tuh penasaran banget sama kamu. Kamu tuh tipenya kayak gimana, suka hal-hal apa, kenapa sering memilih diam dan memperhatikan alih-alih ekspresif dan menjadi pusat perhatian, mereka tuh sebenernya kepo tentang kamu. Sebenarnya mereka ingin mengajakmu bermain dan bersenda gurau, tapi karena kamu terlalu kalem, mereka takut mengganggumu. Jadi agak sungkan gitu mereka, huhu. Padahal kamu orangnya seru juga kalo udah kenal kan. Yuk coba beraniin diri lagi. Kalo kamu nunggu mereka paham sama pikiranmu, sedang mereka ngga peka, nanti pikiran kalian ngga akan ketemu. Pastinya ngga ada pihak yang ingin hal kayak gini kejadian dong.

Kamu sama sekali ngga salah kok ketika kamu mengutarakan apa keinginanmu. Boleh banget itu mah, serius. Di dunia ini, tidak ada satupun manusia yang berhak untuk mengabaikanmu ataupun menyangkal perasaanmu. Ingat-ingat hal ini selalu ketika kamu takut berpendapat. Ketika ada maksud atau gagasan yang baik, tersampaikan dengan cara yang baik, respon manusia pasti baik juga. Aku percaya kok, kalian yang pendiam pasti memiliki attitude yang cukup baik. Ya, karena kalian sering mengamati kan. Jadi kalian sedikitnya paham, mana yang sekiranya hal yang baik dilakukan dan kurang cocok dilakukan pada saat-saat tertentu.

Berubah itu sebuah proses. Dan sangat manusiawi bahwa proses itu akan memakan waktu dan menghabiskan banyak tenaga. Kamu harus yakin dulu sama diri kamu sendiri. Bahwa kamu bisa mencapai tujuanmu. Berlatih, berlatih, dan berlatih. Jangan takut mencoba hal yang baru dan itu baik bagimu. Jangan takut berbuat salah, karena salah itu sangat sangat dan sangat manusiawi. Kamu bisa mengambil banyak pelajaran dari kesalahanmu itu, dan tidak mengulangi kesalahan tersebut kedepannya. Selain itu kamu juga bisa menunjukkan ke teman-temanmu kalau perbuatan itu salah, dan jangan mencobanya. Ayo, kamu masih muda, masih banyak waktu untuk berkembang dan menjadi lebih UwU !


Saat banyak ucapan yang menyakiti hati
Saat banyak caci maki yang dilontarkan untuk diri ini
Saat banyak komentar kebencian diberikan dengan dalih refleksi diri
Kadang aku berpikir, "layakkah aku untuk mendapatkan semua ini?"

Manusia memang berproses, kesalahan dan kegagalan itu merupakan hal yang wajar
Seringkali ku dapatkan perkataan yang katanya merupakan nasihat
Namun, bukan membuat bangkit melainkan membuat jatuh
Wajarkah untuk mendapatkan semua perkataan buruk ketika aku sedang berjalan mencari tujuan hidup?

Aku bertanya kepada diri ini, "sampai kapan harus terus begini?"
Mau sampai kapan terus terpaku dengan penilaian orang lain?
Masihkah selalu terjatuh dan terluka karena perkataan orang lain?
Apakah sesungguhnya mereka benar-benar peduli? Atau hanya menyirami ego diri?

Ku tatap cermin, ku lihat refleksi diri ini
Aku jauh lebih berharga dari sekadar perkataan dan caci maki mereka
"Aku harus bangkit dan terus berjalan untuk dapat melihat akhir dari perjalanan ini"
Terkadang yang aku butuhkan bukan lah keberadaan orang lain, namun keberadaan diriku sendiri

Aku mampu untuk terus berjalan walau kadang tertatih-tatih
Aku mampu berpijak dengan kedua kakiku tanpa ditopang oleh manusia lain
Karena aku bisa dan aku mau menjadi versi yang terbaik dari diriku ini
Jangan hiraukan mereka yang iri melihat diri ini berproses untuk terus maju dan melangkah

Bersemangatlah wahai diri ini, perjalanan kita masih panjang
Jangan berhenti di sini

Comments

Most Popular Posts

Epilogue

Introduction

Listen and Understand, not Merely Respond