Blaming Others Doesn't Make Yourself Feel Better

Photo by shutupandtakemyyen.com / Pinterest

Ada kalanya ketika kita bisa memuji diri sendiri untuk meningkatkan kepercayaan diri kita, itu adalah saat-saat yang menyenangkan. Untuk menghilangkan rasa penyesalan dan rasa ingin menyerah, kita seringkali mengapresiasi diri kita sendiri. Sering juga ketika kita merasa rendah diri terhadap orang lain, kita berusaha menanamkan bahwa kita sebanding dengan mereka dalam benak kita. Tapi pernahkah kita merasa lebih hebat dari orang lain, seakan-akan orang tersebut berada jauh di bawah kita? Kemudian kita menunjukkan bahwa kita lebih tinggi dari mereka melalui berbagai hal. Hingga orang tersebut merasa tidak nyaman berada di dekat kita dan merasa terintimidasi. Akhirnya kita mendapatkan kembali kepercayaan diri kita, tetapi kehilangan kepercayaan dari orang yang bersangkutan.

Kita mendapatkan sesuatu yang baik, namun kehilangan sesuatu yang berharga, kehilangan perasaan. Apakah adil? Sesekali hal tersebut tidak akan pernah menjadi adil. Kita hanya akan menjadi pribadi yang egois, mendapatkan apa yang kita inginkan tetapi dengan mengorbankan orang lain. Membuat orang lain yang tidak bersalah menjadi batu loncatan kita untuk menjadi lebih baik. Memanfaatkan kehadiran orang lain hanya untuk diri sendiri. Tidak mungkin suatu tindakan yang merugikan orang lain termasuk perbuatan yang bermanfaat. Toh apakah kita puas ketika melakukan hal tersebut? Mungkin kesenangan sesaat, tapi ternyata kita malah melukai orang lain.

Semua orang tahu, ketika menghadapi sebuah masalah yang sulit, hampir segala cara kita upayakan untuk menyelesaikannya. Lagipula manusia itu makhluk yang diberikan tingkat kreativitas yang tinggi, yang akan berusaha menyelesaikan urusannya dengan berbagai cara. Mungkin saja karena masalah yang dihadapi bukan sembarang masalah 'sepele', kita terkadang merasa kebingungan. Tidak cukup kuat untuk menahan beban tersebut sendirian. Sehingga secara tidak sadar kita menyalahkan orang lain dalam rangka meringankan beban kita. Teman, itu bukanlah hal yang bijak untuk dilakukan. Kita belum tentu paham dan mengerti akan perasaan kawan kita yang menjadi pelampiasan. Walau sekalipun orang tersebut adalah orang terdekat kita, siapa yang bisa menjamin dia tidak merasa sakit hati?

Memang benar, kita bisa melakukan apa saja untuk mengurangi beban pikiran kita. Ya, apapun. Akan tetapi, selama hal tersebut positif, tidak membuat diri sendiri dan orang lain merasa kurang nyaman. Daripada kita meninggikan diri sendiri dan merendahkan orang lain, bukankah lebih nyaman untuk duduk bersama dan saling bercerita akan masalah masing-masing?Mendengarkan untuk memahami, bukan untuk membandingkan. Bertukar pikiran dan perasaan, bukankah itu lebih indah. Kalian bisa merasa sedih bersama, menangis bersama, serta bangkit bersama. Alih-alih menyebarkan hate speech, bukankah lebih baik untuk diam dan memperhatikan?

Bagaimana jika orang yang menjadi korban adalah kita. Bukankah kita akan merasa tidak nyaman berinteraksi dengan orang yang sering memandang buruk kita? Coba kendalikan lagi dirimu, kendalikan lagi tingkah lakumu. Cuma kamu yang bisa. Atau mungkin kamu kesulitan mengendalikan pikiranmu. Kamu merasa pikiranmu diliputi saran-saran yang buruk dan pasti merugikan orang lain serta dirimu. Mungkin hal pertama yang bisa kamu coba adalah mengurangi ide-ide tersebut. Kamu bisa memikirkan cara yang lebih baik dan hangat. Tutupi pikiran-pikiran tersebut dengan menanamkan asumsi bahwa kamu tidak boleh melukai teman-temanmu. Tidak apa-apa kesulitan untuk mengendalikan pikiranmu, tapi pastikan kamu bisa mengendalikan jari-jarimu atau mulutmu. Pastikan kamu tidak melakukan sebuah tindakan yang nantinya akan merugikan banyak pihak, pertimbangkan sejauh-jauhnya ke depan. Sekali lagi, hanya kamu yang bisa mengendalikan tindakanmu.

Terakhir, kepada orang yang pernah merasa direndahkan. Tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan perlahan. Semoga kamu diberi kekuatan yang lebih ya! Kencangkan bahumu, pandanglah dia sambil tersenyum. Rasa sakit yang dia rasakan mungkin saja lebih dahsyat daripada yang kamu rasakan. Sebenarnya orang tersebut butuh seseorang yang membelanya, lalu menasihatinya dengan lembut. Tidak ada orang yang ingin dijauhi. Mungkin saja dia terbutakan oleh masalahnya. Tapi berusahalah untuk tetap menjadi teman baginya. Mendukungnya ketika dia melakukan kebaikan, tapi tetap mendampinginya ketika dia sedang dalam keadaan terpuruk. Sebelum dia memutuskan pertemanan, jangan sekali-kali kamu memutuskannya ya. Terpujilah kalian sahabat yang mau menemani ketika kita berada di dasar, dan teman yang selalu mengingatkan ketika kita berada di langit. Kamu patut dipertahankan.


Tanpa kita sadari, perkataan bisa menyakitkan hati
Tanpa kita rasakan, sikap kita bisa mendukakan hati orang lain
Tanpa kita ketahui, lugasnya jari-jemari dapat menggoreskan luka di hati
Dan tanpa kita pahami, seringkali tulisan kita dapat membuat orang merasa rendah

Kadang manusia bertingkah bak paling tau segalanya
Bertingkah bagai seorang yang mengetahui semua perjalanan hidup orang lain
Dan seringkali, kita menilai sesuatu hanya dari salah satu sisi saja
Meyakini bahwa apa yang kita dengar merupakan sebuah kebenaran mutlak

Sadarkah bahwa kita sudah menyakiti banyak jiwa yang rapuh?
Ego dalam diri yang berapi-api sering sekali menguasai diri
Beragumentasi supaya orang lain dapat menjadi lebih baik lagi
Berdalih agar orang lain dapat melakukan refleksi diri

Memang, hal yang paling mudah adalah menilai orang lain
Menunjuk, menghakimi, bahkan memaksa orang untuk melakukan perubahan dalam hidup
Sadarkah kita, bahwa sesungguhnya diri ini masih banyak kekurangan?
Apakah kekurangan tersebut dapat menghilang setelah kita menyalahkan orang lain?

Jangan biarkan ego diri melahap habis akal budi dan pikiranmu
Jangan sekali-kali merasa diri ini selalu lebih baik dari insan yang lain
Karena sesungguhnya, kita masih mempunyai banyak kekurangan
Diri ini masih mempunyai banyak cela yang harus ditutupi dengan berbagai kebaikan

Belajar untuk saling mengingatkan tanpa saling menggurui
Belajar untuk saling berposes tanpa saling berkompetisi
Berjalan bersama melangkah tanpa saling menjatuhkan
Berjuang bersama, saling memberikan semangat dalam hidup ini

Karena hidup akan jauh lebih indah tanpa harus merasa tersaingi
Hidup ini akan jauh lebih istimewa tanpa harus dijadikan sebagai ajang pamer prestasi
Hidup juga akan jauh lebih bermanfaat tanpa harus mendikte orang lain
Dan hidup akan terasa berwarna tanpa adanya rasa iri dan kebencian akan sesama

Comments

Most Popular Posts

Epilogue

Introduction

Listen and Understand, not Merely Respond