Every Person's Values of Life



Designed by Sir Bobalot / Redbubble


Manusia itu diciptakan beragam, ngga ada manusia yang punya pikiran identik satu sama lain. Mungkin kesamaan fisik ada, tapi tentang cara hidup, beban hidup, latar belakang dan lingkungannya mungkin saja berbeda. Untuk menemukan orang yang memiliki kemiripan dengan kita mungkin akan sedikit sulit dan sangat kecil kemungkinannya. Maka dari itu, ya mau ngga mau kita harus mencoba untuk berinteraksi dengan orang lain, yang mungkin memiliki perbedaan karakteristik dengan kita. Terkadang kita harus menyesuaikan cara bicara kita, topik bahasan, hingga kecanggungan-kencanggungan lain pada awalnya. Kata orang, "first impression itu penting." Ya, memang benar adanya, tapi kembali lagi tentang karakteristik orang yang berbeda-beda. Antara bisa cocok, bisa dimaklumi, hingga big skip.

Setiap manusia mempunyai karakteristik yang dipengaruhi dan tergantung dari pembelajaran mereka di masa lalu. Bisa berupa tentang kultur di keluarganya, lingkungan pertemanannya, hingga seberapa jauh dia bisa mengeksplor dirinya sendiri. Ada orang yang nyaman untuk hidup biasa-biasa saja, ada orang yang mati-matian untuk bisa hidup normal, ada orang yang tidak ingin jadi biasa-biasa saja. Tidak ada yang salah dan benar. Semuanya tergantung dari histori dan proses yang telah kita lalui. Semua yang kita lakukan pasti ada campur tangan dari kehidupan masa lalu kita. Dan hal itulah yang membangun pola pikir kita saat ini. Tentang bagaimana prinsip hidup kita, mengambil keputusan, berinteraksi dengan orang lain. Seringkali bercermin pada masa lalu.

Ya, ini tentang nilai-nilai yang aku, kamu, dan tiap-tiap orang miliki. Tentang pembentukan kepribadian yang tentunya bukan sebuah hal yang singkat. Bahwa tiap-tiap manusia memiliki batasannya masing-masing, Maka dari itu, ngga ada nilai yang bener-bener mutlak secara universal. Kita hidup dengan nilai kita masing-masing, menghargai perbedaan. Ya idealnya seperti itu. Tapi realitanya ... tidak semudah itu ferguso. Makanya, sebuah konflik itu hadir karena antarkepala yang kurang dapat bisa memahami nilai satu sama lain. Orang-orang yang terlalu fanatik akan nilainya hingga merendahkan nilai-nilai yang dimiliki oleh orang lain. Padahal nilai terbaik adalah nilai yang bisa menyesuaikan kondisi lingkungan sekitar, dinamis dan tidak statis.

Aku telah melalui banyak hal dalam hidupku, hal itulah yang membangun nilai-nilai yang aku pegang saat ini. Aku yang tahu tentang apa beban hidupku, seberapa luas lingkungan pertemananku dan seperti apa mereka. Maka di sini yang berhak mengendalikan nilai yang aku miliki ya diriku sendiri, akan kurang elok dan etis bagi orang lain jika memutuskan bahwa nilai yang aku bawa benar atau salah. Kalau orang lain hanya sebatas memberi saran tanpa tendensi apapun ya ngga apa-apa, tapi ngga bisa judge sekali lagi. Karena aku memiliki tanggung jawab penuh akan nilai yang aku miliki.

Sama halnya denganmu. Kamu yang mengerti tentang lika-liku kehidupanmu. Nilai-nilai yang kamu pegang erat saat ini adalah hasil dari proses belajarmu dulu hingga kini. Jika aku mungkin merasa sedikit terganggu dengan nilai yang kamu pegang, itu ngga membuat nilaimu salah dan nilaiku lebih benar, sama sekali ngga. Sangat tidak etis kalo berpikir maupun berbuat hal itu ke kamu. Yang harus aku pahami adalah, mungkin kamu memiliki sejarah yang rumit hingga kamu memilih nilai itu sebagai peganganmu. Di sinilah aku bisa berbincang, tanpa bermaksud menyudutkanmu, untuk mengetahui latar belakang munculnya nilai itu. Karena aku percaya, tiap-tiap orang punya alasannya masing-masing untuk berbuat suatu hal tertentu. Dan kembali lagi, tidak ada yang berhak untuk nge-judge nilai-nilai yang kamu punya.

Maka dari itu, hidup manusia itu dinamis. Kadang ada masalah, kadang ada kebaikan dibaliknya. Terkadang ada kebahagiaan, tapi di baliknya ada penyesalan. Tidak ada yang salah perihal hasil dari suatu kejadian, itu sudah merupakan ketetapan Yang Maha Kuasa. Karena manusia di sini hanya ditugaskan untuk berusaha melakukan yang terbaik. Tapi di sini tidak ada tolok ukur apakah kita sudah melakukan yang terbaik atau belum. Oleh karena itu, sudah seharusnya kita selalu mengevaluasi diri kita. Bukan untuk memikirkan dalam-dalam perbuatan salah kita, tetapi berpikir agar kedepannya kita bisa lebih bijak dan dewasa lagi. Ngga ada orang yang sempurna, aku, kamu, kita itu cuma manusia biasa. Makanya, belajar itu dari lahir hingga meninggal benar adanya. Biar kita ngga ngerasa lebih baik ataupun lebih buruk dibanding orang lain. Tetapi untuk kita berproses menjadi lebih baik!


Sering manusia berdebat
Menganggap diri yang paling hebat
Tanpa mau mendengar perbedaan pendapat
"Pokoknya apa yang aku pegang itu yang paling tepat"
 
Manusia kadang terlalu angkuh
Merasa diri yang paling tahu
Merasa mempunyai kebebasan untuk mengatur
Tanpa mau tahu akan pikiran manusia lainnya
 
Belagak seperti manusia yang paling mahir dalam menjalani kehidupan
Tak mau peduli dengan apa yang sudah dilalui
Bahkan  main hakim sendiri terhadap kehidupan orang lain
Bertingkah layaknya pahlawan tanpa diminta
 
Padahal, setiap kisah individu berbeda
Aku, kamu, dan yang lainnya punya jalan yang berbeda
Apa yang sudah pernah kita lalui selama ini
Tidak ada yang paling mengetahuinya selain diri kita sendiri
 
Tak bisakah untuk sekadar mencoba mengerti?
Tanpa maksud menggurui
Hanya bermaksud untuk saling memahami
Kita tidak bisa membaca isi hati manusia kan?
 
Bukannya akan terlihat indah
Bila kita saling memahami tanpa bermaksud merendahkan?
Bukankah terlihat lebih menjadi manusia
Apabila kita saling menyemangati tanpa maksud untuk mencaci?
 
Lebih baik bersikap diam daripada berkata seakan mengerti
Lebih baik menghargai daripada menyakiti
Jauh lebih indah apabila kita saling memahami
Tanpa nenganggap diri sendiri lebih tinggi di antara yang lain

Karena aku, kamu, kita, masih berproses bersama
Mengusahakan untuk terbuka
Berusaha lebih memahami
Satu sama lain

 


Comments

Most Popular Posts

Epilogue

Introduction

Listen and Understand, not Merely Respond