Me, Myself and I

Picture by Grazy lazy / Pinterest

Terkadang ada kalanya seperti merasa tak berdaya terhadap diri sendiri, bingung untuk menentukan pikiran mana yang perlu disimpan dan dikhawatirkan, bangkit atau tidak, tetap bersedih atau mencoba keluar dari kesedihan, atau bahkan memilih untuk melanjutkan atau cukup berakhir sampai di sini saja. Perasaan dan pemikiran yang cenderung berakar dan akhirnya membentuk suatu labirin rumit, yang membuat jiwaku tidak tenang dan malah khawatir berlebihan memikiran berbagai skenario yang akan terjadi di masa depan. Berhari-hari terus memikirkan hal yang membuat diriku terpuruk dalam kesedihan yang diciptakan oleh diri sendiri. Pernahkan kalian merasakannya?

Takut, sedih, cemas, resah, bahkan kadang tidak tahu apa yang sedang dirasakan. Tanpa bermaksud jahat dan menghindar, diri ini seakan akan membuat benteng yang tinggi dari orang-orang sekitar, bahkan malah berpuasa untuk berinteraksi dengan yang lainnya. Perhatian yang menggunung dari orang terdekat justru bukan membuat suasana hati semakin membaik, tapi malah terasa memperburuk keadaan. Saat orang sekitar sudah lelah menerka-nerka apa yang terjadi, diri ini pun juga sama lelahnya untuk bertanya kepada hati tentang apa yang sedang dialami. Kalau boleh jujur, sesungguhnya diri ini sama tidak berdayanya dengan individu lain yang khawatir akan perubahan sikap dan perilaku yang dibuat oleh diri sendiri. Aneh kan? Lucu memang.

Ketika sebagian orang sudah mulai menyimpulkan hal yang terjadi pada diriku, aku pun terkagum. Bagaimana bisa mereka menyimpulkan sesuatu hal yang mungkin tidak mereka rasakan dan mengerti? Mungkin itu merupakan reaksi alamiah seseorang ketika terlalu lelah untuk bertanya dan khawatir tentang apa yang terjadi. Namun malah tak mendapatkan jawaban yang mampu menjawab segala pertanyaan dalam pikiran. Padahal, diri sendiri saja tidak tahu apa yang dirasakan dan sedihnya diriku. Sepertinya jiwaku masih belum mengenal sepenuhnya individu yang selalu bersamanya setiap hari. Bagaimana mungkin jiwa yang selalu menemani setiap langkah kecil dan berlari bersama setiap kali mau mengejar impian, tidak mengerti apa yang diinginkan oleh diriku?

Ternyata pertengkaran yang paling rumit bukan tentang pertengkaran melawan manusia lain yang tidak memilih jalan yang sama dengan kita. Maupun pandangan yang tidak bisa dileburkan bersama. Justru, pertengkaran itu merupakan diri sendiri menghadapi diri sendiri, menghadapi pikiran, perasaan, dan segala kemungkinan maupun ketidakmungkinan yang dirajut oleh diri sendiri. Rumit, begitulah setiap individu yang hidup di dunia ini. Berperang setiap hari dalam hening, memastikan bahwa segala hal yang dipikirkan ini tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Namun sayangnya, seringkali kalah dalam peperangan ini. Merasa tak berdaya dan membiarkan sisi lain dalam diri menguasai raga ini sepenuhnya.

Namun ada saatnya harus berdamai dengan diri sendiri, menerima segala kerumitan yang ada pada diri ini, serta mencoba perlahan berjalan berdampingan untuk tetap melangkah ke depan. Diriku mungkin sejatinya memang musuh terbesar bagi jiwaku, namun tidak ada salahnya untuk menerima dan belajar untuk bekerja sama dalam melewati setiap proses dan lika-liku kehidupan. Mungkin dirimu yang lain sedang ingin bersedih, tidak apa, ambil sebanyak-banyaknya waktu yang bisa kamu gunakan untuk dapat menumpahkan air mata yang sudah lama terbendung. Namun perlu diingat, jangan sampai kesedihanmu itu terlalu lama meminjam dirimu sehingga kamu lupa bahwa hidup masih terus berlanjut. Serta banyak orang yang secara tulus peduli denganmu, rela menemanimu tiap waktunya. 

Sisihkan waktu untuk berpikir bahwa apa yang kamu alami ini hanya sementara, biarkan dirimu yang lain merasa tenang dan akhirnya kembali berjalan bersama. Jalan hidupmu masih panjang serta penuh lika-liku yang mungkin suatu saat akan membuat diri ini kehilangan motivasi. Tapi ingat, kamu punya kendali penuh atas dirimu. Jangan putus asa bahkan kehilangan semangat untuk melanjutkan kehidupan hanya karena perasaan yang saat ini membendung diri sendiri. Perlu diingat bahwa ini hanya sementara. Semua akan berlalu seiring berjalannya waktu. Jatuh, ada waktunya untuk bangkit kembali. Jeda sebentar untuk melihat sekeliling dan segala hal yang terlah dicapai oleh diri sendiri pun itu tak apa. Bersedih boleh, tapi jangan terlalu terhanyut dengan segala kesedihan yang ada.

Untuk kita, mari berjalan bersama-sama agar mampu membuat kisah yang membanggakan untuk dikenang. Walau mungkin saat ini ingin berhenti, tidak apa. Berdiam sejenak untuk melihat apa yang telah dilalui selama ini dengan perasaan bangga karena mampu melewati segala tantangan dalam hidup. Selamat telah berhasil berjalan sampai sejauh ini walau terkadang terseok-seok di tengah jalan dan jatuh ke dalam lubang yang dalam. Hebatnya, kita masih tetap melangkah walau hanya sebuah langkah kecil yang kelihatannya tidak berarti. Mari selesaikan pertandingan ini dan mengakhirinya di garis akhir dengan penuh kemenangan.


Banyak orang berada di dekatku
Tapi, mengapa aku merasa sendiri?
Bukannya karena ulah atau tindakan mereka
Karena aku tidak tahu siapa aku sebenarnya

Banyak hal yang harus kuhadapi
Aku sangat menyadari hal itu
Tetapi entah mengapa tiada nafas
Yang kumiliki untuk menunaikannya

Aku hanya ingin berdiam diri
Pikiran yang terlalu penat
Raga yang terlalu lelah
Entah mengapa

Bukan, ini bukan tentangmu kawan
Aku hanya tidak mengenali diriku
Jiwa yang membersamaiku
Dari terlahir hingga kini, mengapa aku?

Yang perlu kamu tahu
Aku sedang tidak baik-baik saja
Bukannya butuh dihibur
Hanya butuh sedikit waktu, sendiri

Bukan bermaksud untuk egois
Tapi sungguh, diri ini pun tak mengerti
Mengapa tiba-tiba menjadi seperti ini
Tak kutemukan jawaban itu

Beribu saran menghujaniku
Iya, terima kasih atas perhatiannya
Tapi jujur tak tahu harus bagaimana
Aku hanya ingin diberikan ketenangan

Tak ingin ada yang bergejolak di pikiran
Tak ingin ada yang meluap-luap di hati
Hanya ingin diri dan jiwa bersinergi
Kembalikan hari-hari ceriaku

Jangan terlalu khawatirkan aku, ya
Kesendirian akan menguatkanku
Waktu pun demikian, bersabarlah
Aku yang dulu akan segera kembali

Aku tidak akan mengecewakan diriku
Tidak pula teman, sahabat, maupun orang terdekat
Hanya harus merunut sedikit demi sedikit
Layaknya mengurai benang yang kusut

Terima kasih kalian masih mau menerimaku
Walau merasa tak nyaman
Tapi selalu ada di sisiku
Aku berjanji, akan bangkit

Berjalan kembali, menyusuri hari
Kembali bercanda dan tertawa bersama kalian
Aku tidak akan menyerah!


Comments

Most Popular Posts

Epilogue

Introduction

Listen and Understand, not Merely Respond