Tired Because of Nothing

Designed by Vicheka / Pinterest


Dahulu semua negara hidup dengan damai, namun semuanya berubah saat virus corona menyerang. Hanya vaksin yang digadang-gadang mampu melemahkan virus tersebut yang dapat menghentikannya. Namun saat dunia membutuhkannya, dia belum lekas ditemukan. Lockdown dilakukan oleh berbagai negara, hampir mematikan aktivitas sosial yang biasanya terjadi. Interaksi langsung mulai dibatasi untuk mencegah persebaran virus yang 'mematikan' ini. Hari demi hari berlalu, bulan, hingga tak terasa kini kita memperingati setahun lahirnya virus ini. Tradisi, kultur hidup kita telah banyak berubah karena dinamika ini. Mau tidak mau, manusia harus menyesuaikan diri dan berusaha bertahan dari seleksi alam ini.


Tidak sedikit yang merasa pusing dan lelah serta menyalahkan keadaan. Mata pencaharian orang-orang yang mulai bergeser, demi menafkahi anak dan istri rela melakukan apapun. Pun para kapitalis juga khawatir akan pergerakan ekonomi yang cepat atau lambat akan mengalami resesi bahkan menuju depresi. Semua orang merasakan bahwa titik kenyamanan hidupnya menurun. Harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada. Memang ini bukan suatu hal yang mudah ya. Tetapi manusia diberi kekuatan untuk berusaha, terus berjuang tak kenal lelah. Bertahan dengan sesuatu yang telah terbiasa dilakukan, juga menemukan hal-hal baru yang menyenangkan ataupun kadang kurang mengenakkan hati.


Sampailah kita ke masa masa maraknya video conference. Makin lama kita selalu bertatap dengan layar terus, pagi sampe siang kelas, sore scroll hiburan, malam main dan nonton dan kadang bergadang. Pun kelas yang biasanya kita harus bangun pagi, mandi, sarapan, otw kampus, yang mana cukup makan waktu. Sekarang ngga ada kewajiban kultural macam tu. Mau mandi ya mandi, mau sarapan ya gampang tinggal cari di dapur bawa ke depan laptop. Bangun ga pagi juga gapapa, toh kelas mulainya juga agak siangan. Kalo disuruh oncam paling dandan atasan doang. Bawahan mah sans, mau koloran juga gas. Enak yah... Tapi lama kelamaan ternyata tugas yang dikasih barbar. Di samping hal itu, kegiatan-kegiatan yang awalnya menarik dan mengasyikkan buat dilakuin, makin lama makin bosen. Itu lagi itu lagi, ga ada yang lain apa? 


Terperangkap di dalam posisi yang tanggung. Maju cape, mundur bakal ketinggalan orang-orang. Sekarang kita jadi makin sensitif. "Ah apa cuma aku ya yang ngerasain hal ini, temen-temenku pada masih semangat deh kayaknya." Bingung sama diri sendiri, konflik internal, entah sebenarnya apa yang jadi sumber konflik ini. Tapi kayaknya sih karena hidup kita yang 'gitu-gitu' aja. Mengulangi hal yang biasa kita lakukan setiap hari, ditambah gerak badan yang kita lakukan minimalis. Jarang jalan-jalan ke sana sini, sering-seringnya ya kasur-dapur-kamar mandi-meja belajar. Melihat sesuatu yang baru aja ga secara langsung, pasti lewat media sosial. Seakan-akan kita hidup dan di depan kita ada dunia, tanpa bergerak kita bisa mengakses semuanya.


Terdengar menarik, tapi pada realitanya yang kita liat ngga selalu hal-hal yang baik. Malahan banyak konflik dan isu-isu ngga penting yang diviralkan. Kita hanya disuguhi dan secara tidak langsung dipaksa untuk mengonsumsinya, gampang terombang-ambing. Ya, udah tanda-tandanya.... Kalo kita ngerasa udah males sama apapun yang ada di dunia. Kadang lupa nafas juga ngga sih hehe. Mau kuliah males, mau nugas males, mau makan males, mau ngapa-ngapain ngga ada semangat. Pengen AFK dari kehidupan. Tapi belom pengen pergi dari dunia juga. Pengen kehidupan yang membosankan ini cepet berlalu. Dan banyak yang seperti ini, kamu ngga sendiri kok. Wajar aja, kondisinya lingkungan kayak gini, ditambah kewajiban akademik, belom hal-hal non akademik yang harus dikerjain juga. 


PUSING PUSING PUSING AKU MAU ISTIRAHAT DARI SEMUANYA! Berkali kali aku berteriak dalam hati. Pengen semuanya cepet selesai, ya namanya juga hidup. Udah capek buat mencoba hal baru, abis semangat udahan. Mau nyalahin orang lain yang suka ngasih kerjaan, tapi ga enak takut nge-blame dan ngelukai perasaan. Mau nyalahin diri sendiri tapi ntar kalo kelamaan bisa terus-terusan ngerasa bersalah. Mau curhat di medsos takut dianggep caper.... Bingung harus ngapain, rasanya tuh kayak serba salah. Sedih. Cape, tapi ngga tau apa yang bikin cape. Bosen, tapi ngga tau harus ngapain. Pengen keluar dari rutinitas harian yang begitu melelahkan ini, tapi tanggung jawabku gimana nanti? Apa yang harus aku lakuin....


Tenangin dirimu, percaya deh kamu ngga sendiri. Banyak orang lain yang ngerasain hal serupa juga. Udah muak sama tugas-tugas yang ada. Cape dari proker keorganisasian pengen cepet-cepet kelar. Ingin rehat, tapi susah. Sekarang coba cari tempat yang paling enak, tempat dengan atmosfer yang menurut kita paling nyaman. Tenang, lingkungan yang membuat kita merasa tenang, terbebas dari celotehan-celotehan random manusia. Tarik nafas dalam-dalam dan pejamkan mata. Tanyakan ke dirimu sendiri, apa tujuan hidupmu? Apa hal yang ingin kamu lakukan di dunia ini? Pikirin semua hal yang lagi dibebankan ke kamu, semuanya. Coba breakdown satu per satu, seberapa penting hal itu untuk meraih tujuan hidupmu. 


Menangis saja kalau itu diperlukan, keluarin semuanya. Ajak orang terdekatmu, cerita ke orang yang kamu percayai. Walau mereka juga punya masalah, tapi aku yakin mereka dengan tulus mau bantu kamu, teman sejati. Sekarang, urutkan prioritasmu. Tentu yang pertama adalah kebahagiaan dirimu sendiri. Tarik kembali fokus jiwamu. Lakukan hal yang menurutmu penting dan sangat perlu dilakukan. Coba pinggirkan hal-hal yang kurang diperlukan, kerjain nanti aja ngga apa-apa kok. Rangkai semua bebanmu, percayalah bahwa di balik semua ini ada sebuah pesan. Bahwa kamu kuat, kamu bisa melewatinya bersama. Jangan sendirian, kamu punya teman di kehidupan ini. Kini buka matamu, usap air matamu, tarik nafas dalam-dalam dan tersenyumlah.


Lihat pada cermin, kini makhluk terbaik di dunia telah terlahir kembali, siap merebut mimpinya kembali. Perlahan, dengan berjalan bersama. Sedikit demi sedikit, kita akan menemukan cahaya di kehidupan ini. Semua hal yang kita dapatkan itu adalah pelajaran, bukan untuk dipikir dan harus terselesaikan, tetapi untuk diambil hikmahnya sebanyak mungkin. Kita hidup di sini untuk belajar, apapun kondisinya pasti ada yang bisa kita ambil untuk membuat hidup kita menjadi lebih bermakna. Karena kita hidup bukan sekadar menjalani kebiasaan sehari-hari, tapi kita hidup untuk merasakan kebahagiaan, rasa sayang, serta hasrat untuk mengintegrasikan semuanya ke dalam kehidupan. Dan ingat, kamu ngga sendiri, aku temanmu yang siap mendengarkan apapun ucapanmu, apapun. Maka, beri tahu aku apabila ada sesuatu yang mengganggumu, teman. Kita akan menghadapinya bersama. Hwaiting!


Ruang dan gerak sudah tidak sebebas dulu
Dikurung oleh situasi dan kondisi
Terkekang oleh realita
Dibatasi oleh keadaan 

Aku, kamu, kita dituntut untuk menerima
Segala kondisi yang dijungkirbalikkan oleh semesta
Perubahan yang terjadi secara tiba-tiba
Membuat hidup terasa berbeda 

Aku yang tadinya menyukai keadaan ini
Lambat laun merasa bosan dan cenderung muak
Dalam hati berkata, "Mau sampai kapan?"
Keadaan ini merenggut yang semestinya terjadi

Hari demi hari berlalu
Rasa bosan mulai menyapa
Bahkan cenderung mendominasi
Dan akhirnya menguasai diri 

Aku lelah dengan keadaan
Ingin protes, tapi kepada siapa?
Mengeluh pun tiada guna
Malah memperburuk suasana 

Saat pertemuan menjadi momen berharga
Ketika canda tawa menjadi hal yang mahal
Ketika sebuah pelukan hangat menjadi hal yang sangat langka
Bahkan ketika berjabat tangan merupakan hal yang sulit dilakukan 

Menangisi keadaan saat ini
Merasa lelah karena semua yang sudah terjadi
Ingin rasanya mengakhiri
Tapi diri ini masih berkata bahwa aku tidak sendiri 

Sadar bahwa aku masih mempunya banyak manusia di sisi
Bersedia berbagi keluh kesah sehari-hari
Bersama saling menguatkan diri
Di tengah peliknya keadaan ini 

Aku, kamu, kita semua pasti bisa melaluinya
Mencoba kuat dan terus bersama
Melewati segala cobaan
Karena aku yakin, hal ini hanya sementara 

Matahari masih bersinar
Harapan masih ada
Semangat yang tadinya patah
Yakin bisa disatukan kembali 

Tak apa bersedih, menangis
Tapi jangan lupa untuk tersenyum lagi
Tak apa untuk sekadar kecewa, hampa
Tapi jangan lupa bahwa ini hanya sementara 

Apapun yang terjadi saat ini
Pasti mampu kita lewati
Bersama saling berbagi mendukung
Melawan rasa ingin berhenti

Bersama berjuang
Bersama tersenyum
Membuat kehidupan jadi makin elok

Comments

Most Popular Posts

Epilogue

Introduction

Listen and Understand, not Merely Respond