Thank You, 2020

Design by Bea | Pinterest


Tanggal demi tanggal terlewati, bulan sudah sering menampakkan purnamanya. Tak terasa, kita sudah sampai di penghujung tahun. Mungkin sebagian orang orang setuju, bahwa tahun 2020 merupakan tahun yang cukup berat untuk dilalui. Berawal dari pandemi yang meluluhlantahkan banyak sektor, mulai dari kesehatan, ekonomi, pariwisata, dan lainnya yang kini berada diambang resesi. Berat, karena banyak orang yang harus kehilangan jiwa-jiwa yang dikasihi tanpa sempat mengucapkan salam perpisahan atau sekadar memeluk untuk memberi ucapan selamat tinggal. Sulit, karena banyak orang yang harus kehilangan pekerjaannya akibat perekonomian yang macet dilanda pandemi ini. Dan lelah, karena beban yang dipikul tiap individu menjadi lebih berat bahkan jauuuh lebih berat, apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.


Kalau kita kembali melihat bagaimana tahun 2020 berjalan, rasanya sulit untuk bisa menerima semua yang terjadi di tahun ini. Ketika semua keinginan yang seharusnya bisa terwujud di tahun ini harus direlakan untuk tidak terealisasi. Belajar menerima keadaan yang ada, saat hal tersebut sangat jauh melenceng dari ekspektasi yang kita harapkan dan kita idam-idamkan. Mencoba memahami kondisi yang dihadapi sekarang, rasanya sungguh sangat tidak mudah. Siapa yang pernah membayangkan bahwa tahun ini akan menjungkirbalikkan keadaan kita 180°? Sepertinya tidak ada.


Melihat segala hal yang terjadi di tahun yang sangat mengejutkan ini, rasanya sangat tidak mungkin untuk tidak mengeluh. Ditambah kondisi luar yang sangat tidak menentu, cemas akan kapan berakhirnya pandemi yang amat melelahkan serta menguras jiwa. Namun, apakah semua permasalahan yang terjadi di tahun ini dapat terselesaikan hanya dengan mencaci maki serta mengeluarkan kata-kata kasar yang tidak semestinya diucapkan? Apakah menghadapi tahun yang berat ini harus dipenuhi dengan emosi yang menggebu-gebu agar kesusahan cepat segera berlalu? Sepertinya sih tidak. Hal-hal di atas tidak akan mengubah  hidup kita secara masif.


Kalau kita melihat lebih jauh lagi,  ada fase dimana kita berada di fase paling rendah dalam hidup. Merasa hal-hal yang terjadi seharusnya tidak perlu menimpa kita, karena menurut kita  hal-hal ini tidak pantas untuk kita dapatkan. Lalu mulai mencari manusia lain sebagai kambing hitam dari segala emosi yang sudah menumpuk dalam kepala, melontarkan caci-maki sebagai media untuk membuat diri sendiri merasa lebih baik. Namun, sebenarnya semuanya itu tidak mengubah segala kondisi yang ada saat ini, pandemi masih terus bergulir, sektor kesehatan masih kalang kabut dalam menghadapi lonjakan pasien. Bahkan sektor ekonomi masih saja berusaha untuk bangkit dari jurang resesi, walau sepertinya belum menemukan titik terang.


Hari ke hari dihabiskan untuk bertarung dengan pikiran yang membentuk benang kusut, sibuk mencari objek mana yang sekiranya bisa dijadikan target untuk disalahkan. Mulai dari pemerintah, manusia lainnya, keluarga, takdir, diri sendiri, bahkan sampai benda mati. Sampai akhirnya semuanya sudah habis dijadikan bahan cacian, tapi rasanya masih belum cukup. Dan akhirnya, kita menyalahkan Sang Pencipta. Padahal diri ini sudah berjuang sangat keras, namun mengapa rasanya Sang Pencipta sangat senang untuk menjatuhkan semua impian yang ada? Apakah Yang Di Atas memiliki hobi untuk membuat diri ini ada dalam kesulitan? Memangnya diri ini tidak pantas untuk bahagia?


Keadaan mungkin sedang tidak memihak kita, mempermainkan, seakan-akan kita menjalani naskah drama yang cukup mengenaskan untuk kita. Ya, kelihatannya sih begitu. Mencoba untuk menerima semua yang ada dan mencari sedikit celah untuk bisa kita syukuri, rasanya sungguh sangat tidak mudah. Menangis sudah menjadi keharusan setiap harinya, entah sudah berapa tetes air mata yang jatuh dan terhapus lagi oleh jemari. Tapi sayangnya, menangis pun masih belum cukup untuk mengekspresikan segala yang bersemayam di pikiran. Hidup menjadi sangat berat untuk dilalui.


Kesedihan ini semakin nyaman dan akhirnya membawa kita terhanyut di dalamnya. Memainkan segala skenario terburuk yang bahkan sepertinya tidak akan terjadi di dunia nyata. Hingga terkadang kita jatuh tenggelam lebih dalam dan semakin memperburuk keadaan. Sampai di masa, 'masihkan aku harus melanjutkannya?'. Apa ada hal yang jauh lebih pantas dilakukan selain bertahan hidup di masa yang sukar ini? Apa masih ada hal yang mampu diperbuat saat semua hal hancur berkeping tanpa menyisakan pondasi untuk membangunnya kembali? Apakah dunia akan berpihak kepada diri ini?


Kadang, kita terlalu hanyut dalam perasaan sedih dan segala pikiran yang menakutkan. Merasa diri ini selalu sendiri dan kurang pantas untuk menerima kebahagiaan walau hanya setitik. Lucunya, itu semua hanya dalam pikiran kita dan kita sendiri yang menyiapkan segala skenario itu. Padahal bila kita telaah lagi, satu keadaan buruk yang terjadi dalam hidup ini, bukan berarti seluruh hidupmu akan diisi dengan bergunung-gunung kegagalan dan kesedihan. Juga bukan berarti diri ini tidak akan merasakan kebahagiaan sama sekali di masa depan. Percayalah, dalam hidup semuanya memiliki porsinya masing-masing.


Tahun 2020 ini memang dipenuhi dengan kesedihan dan segala berita buruk, namun bukan berarti tahun-tahun kedepan akan sama buruknya. Ingatlah bahwa semua hal ini pasti akan berlalu dan mari mengapresiasi diri karena sudah bertahan sejauh ini. Hari yang dilalui mungkin memang berat, karena ditemani oleh tangisan dan kesedihan yang sepertinya tak berkesudahan. Namun ini tidak akan selamanya terjadi, kebahagiaan pasti akan datang, di waktu dan saat yang tepat. Tetap melangkah walau terasa berat. Dan saat semuanya berlalu, kita akan kembali melihat tahun ini dan berterima kasih karena sudah membentuk kita menjadi pribadi yang tangguh sampai saat ini. 


Jangan lupa berterima kasih kepada diri sendiri karena sudah mampu bertahan sampai pada detik ini. Walaupun jalan yang dilalui terlalu terjal dan berliku, hebatnya diri ini masih bertahan tanpa berpikir untuk mundur dan menyerah. Terima kasih sudah berjuang membuang semua pikiran negatif yang selalu berperang setiap hari di kepala. Terima kasih karena memutuskan untuk terus melanjutkan hidup, walau sering berandai untuk meninggalkan dunia ini. Dan yang terakhir, terima kasih karena memutuskan untuk tetap melanjutkan hidup di hari-hari, minggu, bulan demi bulan, dan bahkan tahun-tahun lainnya. Panjang umur perjuangan.


2020
Tahun yang begitu unik
Sekaligus menyesakkan, mungkin?
Kata sebagian orang

Semua yang datang tak terduga
Semua yang pergi tak terkira
Kita hanya hadir dan menyaksikan
Tak ada kuasa untuk mengubahnya

Kita hanya bisa menerima
Menjalani dengan semampu kita
Tidak ada jaminan akan seperti apa
Mengenai masa depan yang diharapkan

Hanya tunjukkan taring terbaik
Kerahkan semua yang kita bisa
Berjuang sebaik yang kita bisa
Bertahan selama mungkin

Tapi pertama-tama
Ucapkan terima kasih pada diri ini
Yang senantiasa dan masih bisa berdiri
Tanpa ragu berada di atas jiwa sendiri

Kamu yang terbaik karena masih bertahan
Di antara banyak manusia yang tumbang
Kamu yang masih berdiri tegak di sini
Walau ditemani beribu air mata jatuh

Bukan tentang siapa yang paling berkembang
Bukan siapa yang paling produktif
Cukup bisa bertahan saja di dunia ini
Adalah anugerah terbaik yang pernah ada

Ini bukan saat untuk menangisi kesalahan
Bukan pula meratapi kegagalan
Tetapi waktu untuk mensyukuri
Atas gigihnya diri kita untuk bertahan

Dari badai dalam diri sendiri
Maupun gempuran dunia luar
Tapi kita di sini masih tegak
Menjadi lebih dewasa dan kuat

Terima kasih 2020
Kamu sangat berat
Tetapi denganmu aku makin menjadi kuat

Comments

Most Popular Posts

Epilogue

Introduction

Listen and Understand, not Merely Respond